“Ayah”
Tanah tandus..
Kering keronta..
Inilah istanamu..
Kini ku mulai beranjak dewasa..
Namun, apa daya
diri ini..
Kau telah
bersama-Nya..
Meninggalkan
merinduan yang mendalam..
Air mengalir sampai
ke ujung dunia..
Mungkin ini hikmah
dari Tuhan yang harus aku terima..
Ayah..
Kau yang kucinta..
Kau yang
tersayang..
Ku sangat
merindukanmu..
Tangisku tak mampu
mengembalikanmu..
Kehidupan terasa
kosong tanpa keindahanmu..
Kau tak kan pernah
terganti..
Bagaikan pecahan logam, mengekalkan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar