“BENCI JADI CINTA”
Kehidupan itu adalah
perjalanan yang panjang, penuh tikungan yang tajam, dan akan jatuh bila tidak
hati-hati melewatinya. Namaku Graicha, yang kata teman-temanku anak pemberani.
Semenjak kematian Ayah karena kecelakaan aku pindah ke Bandung, yaitu ke rumah
“Oma”, Ibunya Mama. Dengan sangat terpaksa aku harus pindah sekolah di Bandung.
“Icha bangun sayang
ntar terlambat loh”, suara Mamaku yang berusaha untuk membangunkanku. “Iya Ma”,
jawabku sambail menguap karena masih ngantuk. Lalu aku mandi dan siap-siap
untuk berangkat ke sekolah baruku. “Icha, ayo cepat sarapan dulu, kasihan tuh
Pak Budi sudah menunggu. Ini Oma udah siapin makanan kesukaanmu”, kata Oma
sambil mengambilkan nasi goreng kesukaanku. “Iya makasih Oma”, jawabku.
“SMU Harapan Kasih”
inilah sekolah baruku, amazing!! Gak kalah
bagusnya sama sekolahku yang di Jakarta. Apalagi kantinnya, woow seperti restoran di Mall.
Teet…teet…teet… suara
bel pertanda masuk. Pak Reno, wali kelas X.3 megantarku ke ruang kelasku.
“Selamat pagi anak-anak”, sapa Pak Reno kepada siswa-siswinya. “Anak-anakku
yang Bapak banggakan, kalian akan mendapatkan teman baru. Graicha, silakan
masuk”, pinta Pak Reno kepadaku. “Hai semua, namaku Graicha, cukup dipanggil
Icha aja. Gue pindahan dari SMU Pertiwi Jakarta”. “Kampungan banget sih Lo”,
seorang cowok mencelaku”. “Sudah-sudah, Icha silakan kamu duduk disamping
Disha”, kata Pak Reno yang mengakhiri perkenalanku. “Hai Gue Disha”, kata
seorang gadis cantik yang memperkenalkan dirinya padaku. “Hai Gue Icha”,
jawabku sambil duduk disampingnya. “Udah gak usah didengerin omongannya Viktor
CS”, kata Disha yang menenangkanku. “Viktor CS, siapa mereka?”, tanyaku.
”Viktor itu cucu dari Kepala Sekolah”, jelasnya. “Pantes, belagu banget”,
jawabku dengan bed mood.
Setibanya dirumah, aku
langsung menjatuhkan diri di kasur. Hari ini capek banget, apalagi anak cowok
nyebelin yang bikin aku bed mood.
“Sayang, ada temen kamu tuh diluar”, kata Mama sambil menyetuk pintu kamarku. Temen?,
siapa ya? “Iya Ma, sebentar”, jawabku.
“Elo Dis, udah lama?”, tanyaku sambil turun dari
tangga.
“Baru aja kok”, jawabnya.
“Kok lo bisa tau rumah Gue?”
“Iya, tadi Gue tanya sama satpam di komplek ini, rumah
Gua gak jauh kok dari ini.”
“Ooo, ada apa nih?”
‘Gue au ajakin lo jalan ke Mall, biar Lo bisa kenal
sama daerah sini.”
“Ide yang bagus tuh, Gua mau. Bentar ya Gue siap-siap
dulu.”
“Oke, jangan lama-lama.”
Seminggu
sudah aku menjadi siswi di SMU HK. Tapi tiap hati ada aja yang ngehilangin mood aku. Siapa lagi kalau bukan Viktor
CS. Gak ada satu pun siswa yang berani sama Viktor dan teman-temannya.
Mentang-mentang aku murid baru, aku dikerjain abis-abisan. Nyebelin banget tu
orang. Tangan aku udah gatel banget pingin nonjokin dia. Saat aku dan Disha mau
masuk kelas, aku liat Viktor marah-marah. “Lo sengaja ya pingin bikin Gue
dihukum sama Bu Dina?”, bentak Viktor pada seorang cewek di balik pintu.
“Gu..gu..e gak tau kalo itu salah”, jawab cewek itu ketakutan. “Gak usah
ngelak, Lo kan pinter, masa ngerjain tugas Matematika kayak gini aja gak
becus”, bentak Viktor sambil matanya melotot. “Apaan sih Lo, beraninya sama
cewek”, sautku karna saking sebelnya. “Siapa Lo gak usah sok jagoan, berani
sama Gue?” jawabnya. Pengecut Lo, gak gentle
amat sih jadi orang”, bentakku. “Lo tau kan siapa Gue, Gue bisa ngeluarin Lo
dari sini”, sautnya. “Gue gak takut sama Lo dan ancaman Lo yang murahan itu”,
jawabku. “Udahlah Cha, gak udah diladenin”, kata Disha yang berusaha meleraiku
dan Viktor.
Saat
pelajaran dimulai tiba-tiba aku mimisan. “Icha, Lo kenapa kok hidung Lo
berdarah?” bisik Disha. “Gue juga gak tau, mungkin karna Gue kecapekan aja
kali”, jawabku. “Beneran gak papa? Mau Gue anter ke toilet atau UKS gak?” tanya
Disha cemas. “Gak kok, Gue baik-baik aja”.
“Icha,
hari ini Lo ada acara gak?” tanya Disha.
“Mmm
gak ada kayaknya, ada apa?”
“Hari
ini Gue mau ajakin Lo nonton, Lo mau kan?’
“Nonton?
Dimana?”
“Digedung
Bioskop lah, masak di Restoran”
‘Hehe,
iya gue becanda kok”
“Yaudah
kalau gitu, gue jemput lo jam 7”
“Oke
beby”
Setibanya di gedung Bioskop, Aku dan Desha jalan-jalan
sambil nunggu filmnya dimulai. “BRUUK”.. “Lo kenapa Cha, kok jatuh?” tanya
Disha. “Gue kesandung”, jawabku. ‘Kesandung apa, kan gak ada batu?” balasnya.
Aku hanya terdiam. “Lo sakit ya? Aneh, tiba-tiba lo jatuh tanpa sebab”, tanya
Disha yang semakin cemas. “Filmnya udah mau dimulai tuh, ayo buruan”, ajakku.
Tanpa basa-basi lagi Disha dan aku langsung ngibrit lari.
Tiga
tahun sudah aku nikmati masa-masa SMA ini dengan penuh kebahagiaan dan
tantangan. Terumana si Viktor CS. Masih sempet-sempetnya dia menghina dan
ngerjain aku. Hari ini Viktor dan Aku lagi berantem ngrebutin bola Basket, karena
ini adalah jam olahraga. Dan tiba-tiba aku pingsan.
“Disha”, panggilku setelah membuka mata.
“Lo udah sadar Cha, apanya yang sakit?” tanya Disha
cemas.
“Emangnya Gue kenapa”, tanyaku bingung karna masih
pusing.
“Tadi waktu Lo berantem sama Viktor, tiba-tiba Lo
pingsan”, jelas Disha.
“Pingsan?” tanyaku heran.
Disha hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Makasih ya Dis, Lo udah bawa Gue ke UKS?”
“Bukan Gue yang bawa Lo ke UKS, tapi Viktor”, jelas
Disha.
“Apa, Viktor?” tanyaku terkejut.
“Iya Viktor, kayaknya dia suka sama Lo. Tadi aja dia
cemas banget waktu lihat Lo pingsan”, jelas Disha lagi.
Aku hanya bisa termenung.
“Thanks
ya, udah nolongin Gue”, sapa ku sambil menghampiri Viktor di taman sekolah.
“Udah baikkan, apanya yang sakit?” tanya Viktor sedikit perhatian. “Gue udah
gak papa”, jawabku. “Berat banget sih badan Lo, kayak tong pasir”, ledeknya. “Nyebelin
banget sih, gak ada berubah-berubahnya”, teriakku lalu meninggalkan Viktor
sendiri di taman.
Akhir-akhir
ini aku sering banget jatuh dan hidungku sering mimisan. Oma dan Mama mencoba
memeriksakan aku ke Dokter Eko. Dokter Eko adalah teman Almarhum Papa dan
merupakan Dokter keluaarga kami. “Dok, sebenarnya Icha sakit apa?” tanya Mama.
“Setelah saya cek dilaborat Icha menderita Osteosarcoma, sejenis kanker tulang.
Awalnya kanker ini hanya menyerang tulang belakang saja, namun kini kanker itu
sudah menyebar keseluruh tubuh”, jelas Dokter Eko. “Lakukan apapun untuk
menyembuhkan cucu saya Dok”, pinta Oma. “Saya akan berusaha semaksimal mungkin,
tetapi saya tidak berani janji pada Ibu. Kanker ini sangat ganas, saya takut
umur Icha sudah tidak panjang lagi”, ucap Dokter Eko. Aku hanya bisa menangis
mendengarkan semua perkataan Dokter Eko. Aku tak bisa mengelak takdir Tuhan.
Kini
hari-hariku berlinang air mata, udah seminggu ini aku gak berangkat sekolah
karna keadaanku yang semakin hari semakin parah. Telfon, SMS, Facebook, Twitter
dari temen-temenku, gak aku hiraukan.
Tok..tok..tok.. Icha, buka pintunya dong, ini Gue Disha”,
terdengar suara Disha dibalik pintu. “Mau apa Lo kesini, Gue lagi pingin
sendiri”, sautku. “Mama Lo udah cerita, Icha Gue kangen banget sama Lo”, kata
Disha. “Gue gak mau ketemu sama siapapun”, jawabku.
Beberapa lama kemudian ada yang mengetuk pintu
kamarku, dan ini cowok. Dia mainin gitar sambil nyanyi di depan kamarku.
Suaranya familiar bagiku. Lagu yang dia nyanyikan adalah lagu CINTA. “Cha, ini
Gue Viktor”, suara cowok tadi. “Ngapain Lo kesini, Lo mau ngehina Gue?”
jawabku. “Enggak Cha, Gue kangen sama Lo. Gue sayang sama Lo”, katanya.
“Udahlah Gue lagi gak mau berantem sama Lo”, balasku. “Icha, Gue serius, sejak
Gue nolongin Lo pingsan, Gue selalu mikirin Lo”, sautnya. “Gombal Lo, Lo cuma
mau ngerjain Gue doang kan?”, jawabku. “Lo tau gak, lagu yang barusan Gue
nyanyiin tadi, ini adalah lagu karya Gue khusus buat Lo. Gue jatuh cinta sama
Lo”, kata Viktor. “Ngapain Lo jatuh cinta sama Gue? Gue ini hanya gadis cacat
yang sebentar lagi mau mati”. Jawabku kesal. “Dokter itu bukan Tuhan, siapa
bilang Lo mau mati”, saut Viktor. Aku terdiam.
Dan
aku akhirnya membuka pintu kamarku, lalu Viktor langsung memelukku dan dia
bilang kalau dia cinta sama aku. Kenapa jantungku deg-degan waktu dipeluk
Viktor? Apa aku juga suka sama Viktor?
Sekarang
hari-hariku menjadi bahagia, entah kenapa aku selalu nyaman jika ada Viktor
disampingku. Begitu juga dengan Disha yang selalu menemaniku dan memberi
semangat untukku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar