Suatu pagi saya harus berangkat ke jakarta. Saya pergi ke
stasiun sesuai jadwal tiket. Melihat ratusan orang berdesakan menunggu kereta
mengangkut mereka ketempat kerja. Saat kereta datang, orang orang berebutan
masuk seolaholah tidak ada kereta lain. Menikmati bergantungan atau naik di
atapnya. Sama saja, naik mobil macet. Saya tiba-tiba merasa sangat prihatin,
bukan karena seorang harus bekerja, tapi lebih karena merasakan energi ketidak
sadaran menerpa saya begitu kuat di tempat ini. Saya langsung mengambil hp
dan mengirim sms ke ayah, "ratusan orang berebut naik kereta, aku
tidak mau hidup seperti ini, terjebur arus ketidaksadaran. Ayah saya membalas, "dek, ya begitulah hidup, jalanilah". Saya tidak terima dengan jawaban Ayah
saya, jadi saya menjawab balik, "hidup seperti ini?, ah nggak juga saya pikir
itu pilihan". Saya tidak menyalahkan orang orang yang saling berdesakan. Saya berharab mereka tau apa yang mereka sedang lakukan.